Hari itu (Tanggal 1 Februari 2015) cuaca sangat
mengerti untuk orang yang ingin bermalas – malasan, begitupun aku yang sangat
menikmatinya, pagi sampai siang hanya main game, berjam – jam di depan leptop
sampai akhirnya lelah sendiri, ku matikan laptopQ, dan rasanya ingin merebahkan
badan sebentar di kasur. Seperti orang yang sangat ngantuk aku tidak sadar
telah tertidur berjam – jam.
Perpaduan antara kasur
empuk dan cuaca yang mendukung adalah satu hal yang bisa disebut relaxasi
sederhana namun berkwalitas, namun rasa – rasanya tidurku saat itu
terganggu oleh suara yang sangat kurang
enak di dengar, bapak tiba – tiba membangunkannku dengan sedikit tidak “berperikengantukan”,
dia bilang tetanggaku sudah pada menunggu di depan rumah, dengan pikiran yang
masih belum tertata aku pun bangun dan mendengarkan apa yang bapak katakan. Dia
bilang tetanggaku ingin mengajak ke Sam poo kong, klenteng terbesar di daerah
semarang. Sontak aku mengingat apa yang mereka rencanakan semalam waktu kami
kumpul – kumpul, aku pikir tidak jadi dan hanya rencana semata.
Dengan tergesa – gesa
aku pun mandi, siap – siap. Lalu berangkatlah kita, aku pikir banyak yang ikut,
ternyata oh ternyata hanya empat orang, huaaa .... “tau gitu aku nggak ikut”
pikirku.
Kami membawa dua motor,
aku memboncenggkan tetanggaku dan tetanggaku yang lain saling berboncengan.
Tidak sampai sepuluh menit sampailah kita di tempat dimana orang yang memeluk
agama khonghucu atau orang Tionghoa itu biasanya bersembahyang, tapi kompleks klenteng ini lebih
sering di jadikan tempat wisata oleh orang – orang sekitar semarang maupun dari
kota – kota lain.
Bangunannya cukup megah
dan luas, dengan warna merah menyala khas orang china biasanya. Bangunan itu
terlihat dari penjuru jalan karena memang “mentereng”. Kamipun masuk dengan
membayar hanya tiga ribu rupiah setiap orangnya.
Kami tidak menyangka
kalau sore yang mendung itu sangat banyak orang yang datang, ya mungkin karena
ingin memanfaatkan wekeend dengan jalan – jalan murah kali ya ,,
Area kompleks sam poo
kong itu luas banget hampir 3xnya lapangan sepak bola kali ya (aku cua mengira
– ngira), sangat lapang bahkan untuk berlari – lari .. terdiri dari beberapa
bangunan besar, sebelah kiri ada semacam panggung besar, sabelah kanan ada
tempat sembahyang dan ada juga patung kaisar ceng hoo yang gedenya kayak
raksasa (menurutku)
Kita disana Cuma jalan
– jalan, foto – foto, cuci mata siapa tau ada yang cakep haha ... latar
belakangnnya bagus untuk foto yang akan di pajang di sosmed -_-
Setelah kaki cukup
gempor aku dan tetangga ku memutuskan untuk pulang, tapi sebelum keluar kita
merencanakan untuk jajan dulu, soalnya laper bagi aku sendiri soalnya belum
sempat makan siang tadi. Kita memutuskan untuk makan siomay hotplate yang ada
di dekat sam poo kong. Kenapa kita memutuskan untuk makan sioamy hotplate
karena nggak berat – berat banget makan siomay, malahan asik lagi mendung –
mendungnya makan yang hot – hot kyk gitu. Jaraknnya cukup dekat hanya dengan
berjalan kaki dari sampokong kita sampe. Langsung aku pesen seporsi Siomay
hotplate goreng dan satu gelas es jeruk. Kita disitu nunggu agak lama sambil ngobrol – ngobrol karena
jarang – jarang kita kayak gini. Setelah berapa lama sioamy kita datang. Aku sendiri
emang cukup sering makan disini karena sioamay disini beda karena di letakkan
di atas piring panas gitu jadi maknyuss panas terus dan terlebih lagi siomaynya
itu enak banget, isinya macem – macem, sambel kacangnnya pun juara. Makan satu
porsi pun udan bikin kenyang. Setelah makan itu kita memutuskan untuk langsung
pulang tidak kemana – mana lagi karena sudah mau magrib.
Begitulah cerita
singkatku jalan – jalan sederhana yang penting enjoy ...
ini pose nggak jelas di batu pendiriannya -_-
amitabaaa hehe ... kita tetap harus menghormati Agama lain ya
Di belakang itu merupakan patung Laksamana Cheng Ho yang aku bilang patungnya kayak raksasa tadi, ya emang karena besar banget, konon Klenteng Sam Poo Kong ini bekas tempat persinggahannya dan pendaratannya yang pertama, Laksamana Tiongkok beragama islam.
0 comments:
Post a Comment